Home » » Gotong Royong Membuat Taman Palsu Bareng Djarot

Gotong Royong Membuat Taman Palsu Bareng Djarot

Posted by Mata Indonesia

Bunga-bunga tampak berserakan karena diduduki dan diinjak-injak masa demonstran. Karena masa berjumlah ribuan, halaman dan jalanan di depan Balai Kota tak cukup menampung dan pendemo merangsek menduduki taman.

Menanggapi hal tersebut, Ahok mengaku kecewa karena taman yang telah susah payah dirawat Dinas Pertamanan hancur dalam hitungan jam. Ahok menyebut para pendemo tak pernah bertanggung jawab jika telah merusak fasos atau fasum.

"Makanya, mereka pada mau tanggung jawab enggak? Enggak pernah," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta.

Alangkah naifnya Ahok jika sepetak taman rusak dimintai pertanggungjawaban saat lebih dari 5000 hektar laut yang dihidupi jutaan biota laut, ikan dan tanaman laut rusak karena keserakahan reklamasi untuk kepentingan para cukong besar.

Jika sepetak taman rusak bisa ditanami kembali dalam satu hari dan menghabiskan jutaan rupiah, bagaimana memperbaiki kerusakan ribuan hektar laut yang akan mematikan jutaan ikan dan tanaman laut hingga karang yang membutuhkan puluhan tahun untuk memulihkan keadaannya?

Jangan naif, begitu besar dampak buruk dari proyek reklamasi yang hanya menguntungkan segelintir kelompok berduit, berikut ini beberapa gambaran yang didapatkan dari proyek reklamasi:

1. Jakarta akan tenggelam
Dengan pembangunan reklamasi, banjir di Jakarta akan semakin menggila. Reklamasi menghilangkan fungsi daerah tampungan yang memperbesar aliran permukaan.

Aliran sungai akan melambat sehingga terjadi kenaikan air di permukaan. Akibatnya, sedimentasi bertambah dan terjadi pendangkalan muara yang berefek pembendungan yang signifikan.

Menurut Walhi, frekuensi banjir pun meningkat karena kapasitas tampung sungai yang terlampaui oleh debit sungai. Belum lagi Teluk Jakarta menjadi tempat bermuara sekitar 13 sungai.

Tidak hanya itu, Jakarta Utara menghadapi penurunan muka tanah sejak 1985-2010 yang mencapai -2,65 meter di Cilincing hingga -4,866 meter di Penjaringan. Data ini merupakan penelitian Nicco Plamonia dan Profesor Arwin Sabar.

Beban pembangunan telah melampaui daya dukung dan daya tampung (carrying capacity) Jakarta yang memperparah bencana ekologis berupa banjir rob di sepanjang teluk Jakarta.

Pada saat ini saja, di setiap musim hujan Jakarta selalu terendam banjir. Banjir dalam skala luas bisa terjadi akibat reklamasi pantai utara Jakarta.

2. Merusak lingkungan hidup
Reklamasi telah dinyatakan tidak layak dan merusak lingkungan melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana Reklamasi dan Revitalisasi Teluk Jakarta.

Putusan pengadilan memang membatalkan, tetapi tidak menghilangkan penilaian ketidaklayakan lingkungan hidup dari Reklamasi Pantura Jakarta.

3. Menghancurkan ekosistem sumber pasir urugan
Setiap hektar pulau reklamasi akan membutuhkan pasir sebanyak 632.911 meter kubik. Jika dikalikan luas pulau reklamasi yang direncanakan 5.153 hektar, maka akan membutuhkan sekitar 3,3 juta ton meter kubik pasir.
Pengambilan bahan urugan (pasir laut) dari daerah lain akan merusak ekosistem laut tempat pengambilan bahan tersebut. Hal ini juga dikhawatirkan memicu konflik berdarah dengan nelayan lokal seperti di Lontar, Serang-Banten.

4. Menghancurkan ekosistem di Kepulauan Seribu
Pertumbuhan karang di Kepulauan Seribu akan terganggu akibat tekanan bahan pencemar dan sedimen. Gangguan pertumbuhan akan semakin parah dengan adanya perubahan arus yang semakin meningkat dan menghantam pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu.

Perubahan arus akan menggerus gugusan pulau kecil dari Kepulauan Seribu yang terdekat Teluk Jakarta. Akibatnya pulau-pulau ini akan rusak dan bahkan lenyap.

Salah satu pulau kecil yang bersejarah dan bisa terdampak adalah Pulau Onrust sebagai situs sejarah perkembangan VOC di Indonesia.

5. Merusak tata air di wilayah pesisir
Jika reklamasi dilakukan seluas 5.100 hektar, maka sistem tata air di wilayah pesisir lama akan rusak. Kerusakan sistem tata air terjadi setidaknya pada radius 8-10 meter.

Pasalnya, reklamasi akan menambah beban sungai Jakarta di saat musim hujan. Jika air sungai terhambat keluar, maka akan menyebabkan penumpukan debit air di selatan.

6. Menghancurkan mangrove muara angke dan habitat satwa yang dilindungi
Hutan bakau sebagai tempat bertelur dan habitat ikan-ikan kecil (nursery ) dan hutan mangrove penangkal abrasi akan digantikan oleh tumpukan pasir dan semen.

Pada tahun 1992, Jakarta memiliki 1.140,13 hektar yang dikonversi seluas 831,63 hektar menjadi permukiman elit, lapangan golf, kondominium dan sentra bisnis di kawasan pemukiman Pantai Indah Kapuk (PIK).

Saat ini, hutan mangrove di Teluk Jakarta tersisa seluas 25,02 hektar dan akan rusak secara perlahan karena sirkulasi arus yang berubah.

Tanggul laut juga akan menambah tekanan dan mengakibatkan kerusakan suaka marga satwa tersebut.

Jakarta Green Monster mencatat seluruhnya ada 91 jenis burung, yakni 28 jenis burung air dan 63 jenis burung hutan, yang hidup di wilayah ini. Sekitar 17 jenis di antaranya adalah jenis burung yang dilindungi.



0 komentar:

Posting Komentar

More Happy